Jujur aja, waktu pertama kali denger nama Pulau Satonda, aku mikir, “Itu pulau di mana, sih? Kedengarannya kayak nama karakter anime.” Tapi ternyata… begitu aku nginjekkan kaki di pasir putihnya yang halus dan liat air danaunya yang tenang memantulkan langit biru—aku langsung jatuh cinta. Bener-bener cinta yang gak direncanain.
Satonda itu bukan cuma indah. Dia punya aura Travel misterius yang bikin kamu ngerasa kayak lagi masuk ke dunia lain. Aku ke sana bukan karena iseng. Waktu itu aku lagi road trip di Sumbawa dan dapet rekomendasi dari seorang nelayan tua di Bima. Katanya, “Kalau belum ke Satonda, belum lengkap main ke NTB.” Dan ya… dia gak salah.
Keindahan Pulau Satonda yang Gak Masuk Akal
Contents
- 1 Keindahan Pulau Satonda yang Gak Masuk Akal
- 1.1 Kenapa Pulau Satonda Jadi Destinasi Wisata?
- 1.2 Keunikan Satonda yang Bikin Dia Gak Bisa Dilupakan
- 1.3 Akses Menuju Pulau Satonda: Gak Mudah, Tapi Worth It Banget!
- 1.4 Tips dari Pengalaman Pribadi: Biar Gak Nyesel ke Satonda
- 1.5 Momen Frustrasi? Oh, Ada…
- 1.6 Pelajaran yang Aku Petik dari Pulau Satonda
- 1.7 Worth It Gak, sih?
- 2 Authors
Satu hal yang langsung nyantol di kepala waktu aku ngeliat Satonda dari kejauhan: pulau ini bentuknya kayak mangkuk. Kenapa? Karena di tengahnya ada danau air asin yang… anehnya, rasanya lebih asin dari air laut. Konon, danau itu tercipta gara-gara letusan Gunung Tambora tahun 1815 yang bikin tsunami masuk ke kawah dan terbentuklah Danau Satonda Wikipedia.
Pantainya juga gak kalah menawan. Pasirnya lembut banget, air lautnya jernih kayak kaca. Aku bisa liat ikan-ikan warna-warni berenang bebas dari atas perahu. Nggak heran banyak yang bilang ini spot snorkeling rahasia paling kece di Indonesia. Dan karena gak banyak turis, tempatnya masih sangat alami dan damai. Gak ada suara klakson, gak ada polusi. Cuma suara angin, burung, dan ombak kecil yang kayak bisikan alam.
Kenapa Pulau Satonda Jadi Destinasi Wisata?
Kalau kamu suka yang beda dari Bali atau Lombok yang udah rame, Pulau Satondaitu alternatif sempurna. Wisata minat khusus gitu, lho. Biasanya disukai sama peneliti, pecinta alam, atau backpacker yang cari ketenangan dan sensasi “terisolasi dari dunia”.
Ada daya tarik spiritual juga. Banyak pengunjung yang percaya danau Pulau Satonda punya energi magis. Ada pohon harapan di pinggir danau—pohon besar tempat orang menggantungkan batu sambil mengucapkan permohonan. Aku pun ikutan, walau dalam hati agak skeptis. Tapi eh, lucunya… tiga bulan kemudian harapan kecilku terkabul. Coincidence? Siapa tahu…
Keunikan Satonda yang Bikin Dia Gak Bisa Dilupakan
Pertama dan terutama: danau air asin di tengah pulau vulkanik. Itu sendiri udah luar biasa unik. Tapi tunggu dulu, karena flora dan faunanya juga beda. Karena pulau ini dikelilingi laut tapi punya danau, ekosistemnya jadi campur. Aku sempat ketemu kadal air yang gede banget, hampir sebesar lengan!
Terumbu karangnya juga kaya. Salah satu spot snorkeling terbaik yang pernah aku datangi justru di sekitar dermaga kecil Pulau Satonda. Warna-warna coralnya tuh… gila sih, kayak pelangi di bawah laut.
Dan yang gak banyak orang tahu, Pulau Satonda juga termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Tambora, yang artinya wilayah ini dilindungi. Jadi meskipun masih belum dikomersialisasi besar-besaran, tempat ini punya nilai konservasi tinggi.
Ini bagian yang agak menantang. Pulau Satonda gak bisa dijangkau langsung dari kota besar. Aku mulai dari Dompu (NTB), naik mobil ke desa Nangamiro, sekitar 2–3 jam. Dari sana, naik perahu nelayan selama kurang lebih 30–40 menit ke pulau.
Jangan harap ada pelabuhan mewah. Perahu sandar di dermaga kayu kecil yang langsung menghadap ke laut biru. Dan ya, karena belum banyak turis, aksesnya juga belum komersil. Tapi justru itu daya tariknya, kan?
Kalo kamu dari Lombok atau Bali, kamu harus ke Sumbawa dulu—entah via darat atau pesawat ke Bima, lalu lanjut darat ke Dompu. Jadi, pastikan kamu punya itinerary dan stamina yang cukup, ya.
Tips dari Pengalaman Pribadi: Biar Gak Nyesel ke Satonda
Datang di musim kemarau. Aku datang sekitar Juli, dan cuacanya sangat bersahabat. Kalau musim hujan, akses jalan tanah ke Nangamiro bisa becek banget.
Bawa logistik sendiri. Di pulau gak ada warung. Gak ada penjaja es kelapa, apalagi kopi sachet. Jadi semua makanan, air minum, bahkan cemilan harus kamu siapin dari daratan.
Snorkeling gear wajib bawa sendiri. Serius. Gak ada tempat sewa peralatan di sana. Aku waktu itu pinjam dari penginapan di Dompu. Dan ternyata bener-bener kepake.
Hargai alam. Jangan buang sampah sembarangan, dan jangan nyolong batu dari pohon harapan cuma buat “kenang-kenangan”. Banyak banget kejadian aneh karena orang gak menghargai tempat ini.
Bawa drybag dan powerbank. Pulau ini zero sinyal dan zero listrik. Tapi justru karena itu kamu bisa bener-bener “disconnect to reconnect”.
Momen Frustrasi? Oh, Ada…
Aku sempat salah ambil rute waktu nyari desa Nangamiro. Nanya ke Google Maps malah diarahkan ke jalan yang setengah jadi. Akhirnya nyasar ke ladang jagung warga. Dua jam muter-muter, sinyal putus, dan hampir kehabisan bensin. Untung ketemu ibu-ibu lokal yang nunjukin jalan sambil senyum lebar, “Lain kali tanya orang aja, dek. Jangan percaya hape terus.” Makjleb.
Tapi justru momen kayak gitu yang bikin perjalanan makin berkesan. Karena pas akhirnya nyampe dan liat pemandangan Pulau Satonda dari perahu… semua capek langsung hilang.
Pelajaran yang Aku Petik dari Pulau Satonda
Satu: kadang kita harus pergi jauh dan susah dulu untuk nemuin ketenangan. Gak semua keindahan itu bisa diakses dengan mudah. Tapi justru karena itulah, dia jadi lebih bernilai.
Dua: alam tuh punya cara sendiri buat ngobrol sama kita. Lewat keheningan, lewat angin, lewat air dan pohon-pohon yang bergerak pelan. Di Satonda, aku ngerasa didengarkan tanpa harus banyak ngomong.
Tiga: perjalanan terbaik gak selalu tentang tempat yang paling terkenal. Tapi tentang tempat yang bikin kita merasa “utuh” lagi.
Worth It Gak, sih?
Kalau kamu suka ketenangan, suka snorkeling, suka tempat anti-mainstream, atau cuma pengen disconnect sejenak dari dunia, Pulau Satonda itu destinasi yang sempurna. Tapi jangan datang dengan ekspektasi Bali atau fasilitas lengkap. Datanglah dengan hati terbuka, mental petualang, dan rasa hormat pada alam.
Karena kalau kamu bisa melihat Satonda dengan mata hati… kamu gak akan pengen pulang.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Kampung Wisata Taman Sari: Surga Tersembunyi di Tengah Yogyakarta disini