Algoritma Sosial Media, waktu pertama kali bikin konten Instagram soal edukasi keuangan, saya semangat banget. Udah rekam video 3 jam, edit 4 jam, nulis caption panjang kayak skripsi. Saya kira bakal langsung dapet banyak like, komentar, atau minimal di-repost temen.
Tapi kenyataannya…
💀 17 views. 3 likes. Itu pun 2 dari akun keluarga.
Saya bingung. “Padahal kontennya berguna, kenapa ya nggak naik?”
Dari situ saya sadar satu hal:
Niat doang nggak cukup kalau nggak ngerti cara kerja Algoritma Sosial Media.
Algoritma Sosial Media Itu Kayak Pacar: Punya Mood Sendiri
Contents
- 1 Algoritma Sosial Media Itu Kayak Pacar: Punya Mood Sendiri
- 2 Kesalahan Klasik yang Saya Lakukan (dan Mungkin Kamu Juga)
- 3 Saya Mulai “Main Cantik” Sama Algoritma Sosial Media
- 4 Beda Platform, Beda Algoritma, Beda Gaya
- 5 Frustasi Paling Gede: Ketika Konten Bagus Tapi “Diabaikan”
- 6 Tips Biar Kamu Nggak Stres Lawan Algoritma
- 7 Akhirnya Saya Berdamai dengan Algoritma
- 8 Penutup: Algoritma Bukan Musuh, Tapi Tantangan Menarik
Saya mulai research. Ternyata algoritma sosial media kayak TikTok, Instagram, YouTube Shorts itu nggak acak. Mereka punya pola. Dan mereka suka “jenis konten tertentu” — bukan konten yang menurut kita bagus, tapi yang menurut mereka layak direkomendasikan.
Beberapa hal yang bikin Algoritma Sosial Media tertarik:
Engagement cepat (like, komen, share dalam 1 jam pertama)
Watch time tinggi (berapa % orang nonton video sampai habis)
Relevansi konten dengan minat user
Konsistensi upload
Caption dan tag yang mendukung (SEO mini)
Waktu saya ganti strategi—bikin video lebih pendek tapi hook-nya kuat di 3 detik pertama—views saya langsung naik. Dari puluhan jadi ribuan.
Kesalahan Klasik yang Saya Lakukan (dan Mungkin Kamu Juga)
❌ Bikin Konten buat Diri Sendiri
Saya terlalu mikirin apa yang saya suka, bukan apa yang audience saya butuh. Akhirnya kontennya nggak nyambung ke siapa-siapa.
❌ Posting Tanpa Riset
Saya kira jam posting nggak ngaruh. Ternyata? Salah. Waktu saya tes posting jam 9 pagi vs jam 7 malam, engagement-nya beda jauh.
❌ Caption Terlalu Panjang
Panjang sih oke, asal kuat di awal. Tapi saya nulis kayak cerpen, tanpa call to action. Nggak heran orang skip.
❌ Hashtag Asal-asalan
Dulu saya pakai hashtag kayak #like4like atau #explorepage—yang ternyata udah nggak relevan dan malah bikin Algoritma Sosial Media bingung.
Saya Mulai “Main Cantik” Sama Algoritma Sosial Media
Setelah beberapa bulan trial-error, saya akhirnya mulai paham cara bermain. Bukan curang ya, tapi ngerti cara kerja sistemnya.
Berikut strategi yang paling ngaruh:
1. 3 Detik Pertama = Segalanya
Khusus di video, kamu harus bikin hook yang bikin orang berhenti scroll. Bisa dengan pertanyaan, visual menarik, atau suara unik.
Contoh:
“Ini alasan kenapa kamu terus bokek padahal udah gajian!”
2. Optimasi Caption dengan Call to Action
Bukan cuma cerita. Ajak orang interaksi:
“Kamu setuju nggak?”
“Pernah ngalamin hal kayak gini?”
“Drop emoji kalau relate!”
3. Konsistensi Lebih Penting dari Estetika
Saya stop mikirin feed harus cakep. Fokus ke rutin posting 3–5 kali seminggu. Algoritma Sosial Media suka akun aktif.
4. Interaksi Setelah Posting Itu Wajib
Setelah posting, saya standby 30 menit buat bales komen dan DM. Ternyata ini ngaruh banget ke reach!
Beda Platform, Beda Algoritma, Beda Gaya
Saya juga coba di TikTok. Ternyata lebih wild. Konten bisa naik cuma gara-gara backsound yang lagi viral. Di sini, algoritmanya agresif. Kalau konten kamu relevan dan engage cepat, bisa FYP dalam 1–2 jam.
Sementara di Instagram, lebih slow burn. Kadang butuh 24 jam baru konten naik. Tapi kualitas audiensnya lebih kuat dan loyal.
TikTok:
Fokus ke hiburan, storytelling cepat, backsound relevan
Reupload dengan sedikit twist bisa tetap naik
Instagram:
Carousel edukatif dan reels ringkas
Algoritma suka kalau kamu pakai semua fitur: story, live, reels, post
YouTube Shorts:
Thumbnail dan judul tetap penting
View awal datang dari subscribers, tapi selanjutnya dari suggested
Frustasi Paling Gede: Ketika Konten Bagus Tapi “Diabaikan”
Pernah ada satu video edukasi yang saya kerjain 2 hari. Semua udah sesuai teori: hook-nya mantap, durasi pas, call to action, bahkan lighting oke.
Tapi hasilnya? Views mentok di angka 280. Saya stres. Saya buka analytics. Ternyata watch time-nya cuma 20%. Banyak yang skip di tengah.
Dari situ saya belajar:
Kamu bisa atur strategi, tapi tetap algoritma yang punya keputusan akhir.
Makanya, bikin konten harus punya mindset:
Siap gagal
Siap belajar
Siap improve
Karena konten kamu bukan soal sekali viral, tapi soal konsistensi membangun audience loyal.
Tips Biar Kamu Nggak Stres Lawan Algoritma
Treat konten kayak eksperimen
Setiap video itu uji coba. Pelajari angka, bukan perasaan.Pakai fitur native platform
Instagram? Pakai reels + story. TikTok? Pakai trending audio. YouTube? Coba Shorts.Bangun interaksi, bukan sekadar tampil
Orang follow bukan karena kamu keren, tapi karena kamu bermanfaat atau menghibur.Jangan buru-buru hapus konten sepi
Beberapa konten saya baru viral 4 hari setelah upload. Kadang Algoritma Sosial Media butuh waktu.Jangan hanya bergantung pada satu algoritma
Bangun email list, group komunitas, atau situs sendiri. Algoritma Sosial Media bisa berubah sewaktu-waktu.
Akhirnya Saya Berdamai dengan Algoritma
Saya berhenti ngejar viral. Saya mulai fokus ke value. Dan anehnya… engagement malah naik. Mungkin karena saya lebih authentic dan audience ngerasain itu.
Sekarang saya lebih nikmatin proses. Nggak semua konten saya viral, tapi yang loyal terus bertambah. Dan itu jauh lebih berarti dari 100k views yang kosong, dikutip dari laman resmi Sproud Social.
Penutup: Algoritma Bukan Musuh, Tapi Tantangan Menarik
Kalau kamu juga lagi berjuang bikin konten tapi selalu ditolak Algoritma Sosial Media, tenang aja. Kita semua pernah (atau masih) di fase itu.
Ingat:
“Konten bagus itu penting, tapi memahami algoritma akan membuat kontenmu terlihat.”
Jadi tetap eksperimen, tetap belajar, dan jangan lupa bersenang-senang. Karena algoritma akan selalu berubah. Tapi kalau kamu ngerti cara berpikirnya—dan tetap konsisten—kamu pasti menang juga pada akhirnya.
Baca Juga Artikel dari: Proses Hidup: Cara Gak Kehilangan Diri Saat Perjalanan Jauh
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Trend