Opportunity Desk

Empowering Your Path to Opportunities

Identitas Budaya
culture

Perjalanan Saya Menemukan Kembali Identitas Budaya

Identitas Budaya, waktu pertama kali pindah ke kota besar, saya ngerasa kayak “makhluk asing”. Logat saya beda. Cara saya berpakaian juga dianggap norak. Saya cepat belajar buat “menyesuaikan diri”—bukan demi kenyamanan, tapi karena takut diejek.

Saya mulai menyembunyikan Identitas Budaya saya:

  • Gak mau ngomong bahasa daerah

  • Nggak ikut kegiatan Identitas Budaya kampung

  • Bahkan malu ketika orang tua saya datang ke kota dan berpakaian tradisional

Saya pikir, “Kalau mau sukses, saya harus jadi seperti mereka.” Tapi ternyata, dalam proses menyatu itu, saya kehilangan bagian diri saya sendiri.

Saya Pernah Merasa Identitas Budaya Saya “Ketinggalan Zaman”

Identitas Budaya
BUDAYA – Adhimerdangga siswa SMK 3 Sukawati mengawali parade budaya serangkaian HUT Kota Gianyar ke-247 di Gianyar, Selasa (17/4). (foto/eka adhiyasa)

Identitas Budaya Itu Bukan Kostum, Tapi Jati Diri

Saya baru sadar pentingnya identitas budaya saat saya jauh dari rumah. Di kota besar, semua orang seragam. Bahasa yang sama. Gaya yang mirip. Tapi di tengah itu semua, saya ngerasa kosong.

Ada satu momen yang saya ingat banget: Waktu ada festival budaya di kampus, saya ditanya, “Kamu dari mana? Budayamu apa?”
Saya diem. Bingung jawab apa.
Padahal dulu, waktu kecil, saya bangga banget nari tradisional dan ikut pawai 17-an di kampung.

Saat kamu lupa dari mana kamu berasal, kamu juga kehilangan arah ke mana kamu akan melangkah.

Budaya Bukan Cuma Simbol, Tapi Nilai Hidup

Waktu saya mulai mengulik ulang budaya saya, saya sadar bahwa identitas budaya gak cuma soal:

  • Lagu daerah

  • Tarian

  • Bahasa

  • Makanan

Tapi juga:

  • Cara saya bicara dengan orang tua

  • Cara menyapa tetangga

  • Filosofi kerja keras dan gotong royong

  • Pandangan hidup tentang kesederhanaan dan kehormatan

Identitas Budaya membentuk cara saya berpikir. Dan saya kehilangan semua itu karena dulu saya anggap “kuno”.

Bagaimana Saya Mulai Menemukan Kembali Identitas Budaya Saya

1. Ngobrol Lagi Sama Orang Tua dan Nenek

Saya mulai denger cerita-cerita masa lalu. Tentang adat, tentang pantangan, tentang kenapa dulu anak-anak dilarang makan sambil berdiri. Semuanya bukan sekadar aturan, tapi bentuk pendidikan halus dari generasi ke generasi.

2. Belajar Lagi Bahasa Daerah

Saya mulai ngobrol pakai bahasa daerah, meskipun patah-patah. Rasanya lucu, tapi juga hangat. Ada koneksi yang cuma bisa hidup lewat bahasa.

3. Ikut Komunitas Budaya

Di kota, saya temuin komunitas dari daerah saya. Kami nari, nyanyi, bahkan masak bareng. Dari situ saya mulai sadar: kamu gak perlu kehilangan budaya cuma karena pindah tempat.

4. Mengenalkan Budaya Lewat Media Sosial

Identitas Budaya

Saya pernah bikin video singkat soal filosofi di balik salam adat dari daerah saya. Nggak nyangka, banyak orang relate dan ngerasa terbantu memahami Identitas Budaya mereka sendiri juga.

Tantangan: Globalisasi Membuat Semua “Seragam”

Saya suka modernitas. Tapi saya juga mulai takut:

  • Semua makanan jadi fusion

  • Lagu tradisional makin jarang

  • Anak muda gak ngerti lagi kenapa baju adat dibuat seperti itu

Dunia digital bikin semua cepat, tapi juga bikin kita gampang lupa akar.

Kalau bukan kita yang nyimpan, siapa lagi?

Budaya Bukan Milik Masa Lalu, Tapi Harus Hidup Sekarang

Ada anggapan budaya itu cuma urusan orang tua, upacara adat, atau pameran seni. Padahal budaya itu:

  • Cara kita bersikap

  • Simbol dalam kehidupan sehari-hari

  • Warisan yang bisa dibawa ke masa depan

Saya belajar bahwa menjaga budaya bukan berarti anti-kemajuan. Justru dengan Identitas Budaya yang kuat, kita bisa bersaing lebih percaya diri, dikutip dari laman resmi Wikipedia.

Dampak Nyata Setelah Saya Berdamai dengan Identitas Budaya Saya

  • Saya lebih bangga jadi diri sendiri

  • Saya jadi tahu keunikan saya di tengah keragaman

  • Relasi saya dengan keluarga makin hangat

  • Saya punya nilai hidup yang lebih jelas

  • Saya gak lagi minder di tengah orang dari latar belakang berbeda

Dan yang paling penting:

“Saya gak perlu jadi orang lain untuk diterima. Identitas Budaya saya cukup.”

Tips Buat Kamu yang Mau Mulai Mengenal (Lagi) Budaya Sendiri

Identitas Budaya

  1. Mulai dari rumah — tanya arti tradisi keluarga

  2. Pelajari lagu, cerita rakyat, atau kuliner khas

  3. Gunakan bahasa daerah sesekali, walau campur-campur

  4. Tanya orang tua soal adat yang kamu gak ngerti dulu

  5. Gabung komunitas atau buat konten kecil tentang budaya kamu

Penutup: Kita Adalah Jembatan Antara Masa Lalu dan Masa Depan

Kita bukan generasi yang tinggal memilih “modern” atau “tradisional”. Kita adalah penghubung. Dan tugas kita bukan menjaga budaya dengan kaca—tapi dengan menghidupkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

“Identitas budaya bukan penghalang, tapi kekuatan. Semakin kamu tahu siapa kamu, semakin kuat kamu berdiri.”

Jadi… kamu dari mana? Ceritain dong, apa Identitas Budaya unik dari tempat asalmu?
Karena cerita-cerita kayak gitu yang bikin Indonesia tetap hidup—dan kita tetap jadi manusia yang utuh.

Baca Juga Artikel dari: Nggak Viral-Viral? Saya Berantem Sama Algoritma Sosial Media

Baca Juga konten dengan Artikel Terkait Tentang: Culture

Author